ilmu hasil konsultasi para ahli

Anak, Investasi Dunia dan Akherat

cara mendidik anak dengan benar
Alkisah ada seorang pemuda yang bernama Juarij. Dia pemuda yang sholih dan rajin beribadah. Suatu ketika, ibunya memanggilnya karena suatu kebutuhan dengannya. Namun si pemuda ini justru masih asik dengan ibadah sunahnya dan tidak mempedulikan panggilan ibunya. Akhirnya sang ibu marah, hingga mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas diucapkan kepada siapa saja, terlebih lagi pada Juraij, anak kandungnya sendiri.

Sumpah serapah ibu Juarij akhirnya menjadi kenyataan. Sebelum meninggal, Juarij terfitnah melakukan hubungan dengan pelacur, walaupun semuanya tidaklah benar. Fitnah tersebut terbantahkan oleh bayi mungil dari perempuan tersebut, yang dianugerahi kemampuan untuk berbicara tentang siapa ayah kandung sebenarnya. Tetapi meski fitnah tersebut terbantahkan, rumah yang selama ini menjadi tempat beribadah baginya, terlanjur hancur karena amukan massa. Tidak hanya itu, Juraij pun harus menanggung malu akibat tubuhnya pun menjadi sasaran amukan massa.

Derita panjang pun harus ditanggung Juarij dengan menyandang gelar seorang yang 'kotor' dan hina. Kisah yang tertulis dalam hadits riwayat Abu Hurairah ra tersebut adalah akibat seorang ibu yang marah terhadp anaknya. Lantas si anak harus mengalami nasib yang begitu sengsara. Kesulitan demi kesulitan seolah menjadi bagian dari garis hidup dan takdirnya.

Betapa beruntungnya bagi para pemilik hati yang menjalani masa kecil dengan penuh kepatuhan kepada orang tua. Pun untuk masa remaja dan dewasanya, tetap memberi waktu dan perhatian tulus, berbakti dengan penuh kasih sayang. Berbahagialah seorang anak yang mengikhlaskan diri untuk berkorban demi kebahagiaan kedua orang tuanya. Dan semoga di akhir kisah hdiup manusia baik itu, ridho orang tua pun akan selalu menyertai jalan takdir indah mereka. Seperti sabda baginda Nabi saw, "Ridho Alloh tergantung dari ridho orang tua."

Mungkin perjalanan sang surya dari terbit fajar hingga terbenam di ufuk barat, menjadi contoh mudah bagi manusia yang baik dan berakal. Dan dari banyak pelajaran hidup itu, mereka juga dengan mudah bisa mengetahui jalan kisahnya sampai akhirnya menjadi manusia yang sempurna. Yaitu, saat dia mulai lahir dalam keadaan tidak mengerti apapun, sampai diusianya sekarang penuh dengan berbagai pengalaman hidup. Dan kedua orang tuanyalah yang paling berjasa dalam membesarkan dan mendidik diri, perilaku, perkataan serta segala laku hidup mereka.

Para pemilik hati dan jiwa yang selalu anggun dalam perenungan, yang begitu menyadari, bahwa awalnya dia diciptakan dengan serba lemah, dan nanti pun akan berakhir dalam keadaan lemah pula. Seperti sehelai daun yang dahulu segar dan hijau, namun seiring perjalanan waktu akan menguning lantas jatuh karena tidak kuasa lagi bertahan pada tangkainya. Seperti itu pula, yang kemudian menerbitkan kesadaran bagi si pemilik hati yang takwa, untuk mempersiapkan diri sebelum masanya berakhir.

Dan bagai sebuah kepastian, bahwa menjadi kuat dalam seluruh persoalan hidup, akan mendapati hadiah, yaitu cinta-Nya yang sempurna. Dan manusia sangat menginginkan segera segenap bekal dan mensetting diri dan hatinya lewat berbagai cara. Seperti mencari ilmu untuk mengindari kebodohan, memenuhi nafkah demi terhindar dari meminta-minta, hidup sehat untuk sebuat semangat menjalani hari.

Allah SWT tidak akan pernah menyia-nyiakan sekecil apapun usaha kita. Dan Dia-lah yang akn membalas sebaik-baik balasan, baik di dunia dan di akherat.




1 comments - Skip ke Kotak Komentar

Post a Comment

Anak, Investasi Dunia dan Akherat